Memahami Konflik


Konflik adalah sesuatu yang amat akrab dengan kehidupan keseharian kita. Mulai dari bangun tidur sampai kembali tidur lagi, kita akan menemui konflik dalam berbagai tingkatan. Mulai dari konflik dengan teman, konflik antarkelompok, sampai konflik antarnegara. Apakah itu konflik? Berdasarkan definisinya, konflik adalah interaksi antara dua atau lebih aktor yang memiliki kepentingan berbeda. Kata kuncinya adalah interaksi dan kepentingan berbeda. Dua hal inilah yang menghasilkan konflik.

Karena konflik adalah sebuah interaksi, maka konflik tidak akan selalu terjadi dalam bentuk kekerasan. Konflik dapat terjadi dalam bentuk non-violence, misalnya dengan adanya perang dingin atau debat umum. Namun, konflik dapat berkembang menjadi kekerasan ketika tidak ada ruang untuk melakukan aktivitas non-kekerasan. Hal ini umum terjadi di rezim otoriter dimana ruang kebebasan direpresi sekuat-kuatnya oleh pemerintah sampai-sampai masyarakat tidak memiliki pilihan selain menginisiasi kekerasan.

Satu hal yang perlu digarisbawahi, konflik tidak selalu bersifat negatif. Konflik dengan dimensi kekerasan memang selalu negatif, namun konflik pada dimensi non-kekerasan dapat membawa dampak positif. Secara umum, ketika terjadi konflik, maka akan ada arus perubahan. Akan ada peningkatan kohesivitas di antara kelompok-kelompok yang berkonflik. Akan ada peningkatan kesadaran dari masyarakat terhadap isu yang dikonflikkan. Arus perubahan inilah yang akan mengubah kondisi stagnan menjadi lebih dinamis.

Sebagai contoh, kita mengetahui bahwa dunia ini telah dikuasai oleh kekuatan kapitalisme. Kita mengetahui bahwa negara maju terus menerus menghisap sumber daya milik negara-negara berkembang. Ketika kita memaparkan perspektif yang berbeda dari kapitalisme, maka otomatis kita telah berkonflik dengan sistem yang ada di dunia ini. Dengan adanya konflik ini, pandangan orang-orang akan terpengaruh dan arus perubahan dapat tercipta. Hal inilah yang terjadi dalam Revolusi Bolshevik, Revolusi Mao, dan revolusi-revolusi komunis lainnya.

Jadi, konflik dapat membawa dampak positif yang luar biasa asalkan konflik tersebut dapat di-manage melalui ruang-ruang dialog agar konflik tidak berubah menjadi kekerasan yang akan membawa dampak negatif.


Comments

Popular posts from this blog

Hotel Rwanda Analysis; Peran Politisasi Etnisitas sebagai Pemicu Ethnic Cleansing di Rwanda Tahun1994

Dinamika Perubahan Norma Internasional (Review Makalah Finnemore dan Sikkink)

Pembentukan Regional Peacekeeping Operation untuk Mengatasi Isu Keamanan di ASEAN

Richard Devetak: Memahami Postmodernisme

Patriarki dan Perdagangan Manusia di Indonesia