Posts

Showing posts from 2017

Pekerja Rumah Tangga, Advokasi Transnasional dan Kondisi Pengecualian

Image
(Tulisan ini telah dipublikasikan sebelumnya di Jurnal Politik Indonesia Unnes  Terakreditasi DIKTI No. 48a/E/KPT/2017 pada tanggal 30 Oktober 2017) Advokasi untuk memperjuangkan hak buruh telah berlangsung setidaknya sejak abad ke-19. Ketika itu, advokat buruh membentuk serikat pekerja untuk menentang upah rendah dan jam kerja yang berlebihan. Berbagai hasil dari advokasi tersebut dapat dirasakan hingga saat ini, seperti jaminan hukum mengenai standar jam kerja, upah kerja, usia kerja, dan kebebasan berserikat. Di tingkat internasional, advokasi hak buruh telah menghasilkan sebuah rezim perburuhan internasional yang direpresentasikan oleh International Labor Organization (ILO). Berbagai konvensi yang dihasilkan melalui konferensi ILO kemudian menjadi instrumen hukum internasional yang mendasari hukum perburuhan di hampir seluruh negara di dunia. Walau masih terdapat berbagai masalah, tidak dapat diragukan lagi bahwa buruh hari ini telah menikmati standar hidup yang lebih

Brexit or How Hatred can End the Biggest Civilization Project in the 21st Century

Image
European Union (EU) is the oldest and most established regional organization in this world. For a very long time, EU has been the most referred to when we are talking about regionalism. It’s very understandable since the organization has successfully build a cross-border economic integration involving 28 European countries who, until a few decades ago, only know how to fight among themselves. Not only creating cooperation, the organization has also implemented a very complex system that allows European countries to integrate even further. Two fine examples are Eurozone and Schengen System. The Eurozone allows a direct trade between EU countries by using the same currency. Because of this, trade between EU countries is much easier because they no longer need to exchange their currency to trade. Meanwhile, the Schengen System is a single-visa system that allows EU citizen to travel in between European states with only a single document. Be it business trip, studying, working, or eve

Globalisasi, Kapitalisme dan Ekonomi Internasional

Image
Globalisasi banyak disebut-sebut sebagai pemantik ekonomi internasional. Melemahnya demarkasi antarnegara mendorong terciptanya perpindahan barang dan manusia secara bebas. Pada saat yang sama, aliran modal menjadi dapat mengalir bebas ke bank-bank di seluruh dunia. Hiperglobalis secara umum merayakan fakta ini. Kenichi Ohmae, sebagai contoh, menyatakan bahwa ekonomi dunia tidak pernah lebih baik setelah merebaknya globalisasi. Tidak hanya akan meningkatkan perekonomian setiap negara di dunia secara drastis, globalisasi juga diprediksi akan menggiring dunia ke arah perdamaian dimana perdagangan internasional menjadi norma utama yang berlaku. [1] Optimisme semacam ini tentu terasa menyegarkan, namun cenderung membutakan kita dari berbagai konsekuensi mengerikan yang globalisasi dapat timbulkan. Pertanyaan pertama yang harus diajukan untuk menyerang argumen hiperglobalis adalah: apakah peningkatan ekonomi internasional tersebut akan terdistribusi merata ke setiap manusia di penjuru

J.J. Mearsheimer: Arogansi Para Realis

Image
John J. Mearsheimer adalah seorang akademisi yang dapat dikatakan menyaingi Machiavelli [1] dalam hal reputasinya sebagai sosok amoral yang senantiasa menunjukkan kebenaran dunia dengan apa adanya, seburuk apapun kebenaran tersebut. Realisme, bagi Mearsheimer, merupakan kebenaran yang sulit diterima ( harsh truth ). Di balik retorika-retorika berbasis nilai yang dikampanyekan negara, hanya realisme yang sanggup melihat kebenaran bahwa semua negara pada dasarnya adalah amoral dan hanya mementingkan kepentingannya sendiri. Pemahaman inilah yang membuat Mearsheimer memandang cap ‘realis’ yang diberikan kepadanya dengan bangga dan memotivasinya untuk senantiasa membela realisme ketika paradigma lain menyerangnya (Kaplan, 2012). Salah satu tulisan Mearsheimer yang membuktikan hal ini adalah “A Realist Reply” yang ditulis pada tahun 1995. “A Realist Reply” merupakan sebuah tulisan yang dibuat untuk mensignifikasi teori Mearsheimer dalam tulisan “The False Promise of Institutions” sekaligu